Di Penghujung tahun 2023, Warga Indonesia terdampak dengan cuaca ekstrem dimulai dengan musim hujan yang tak kunjung turun, peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan kekeringan lahan. Musim kemarau yang panjang dan diperparah dengan fenomena El Nino menyebabkan banyak wilayah Indonesia mengalami kebakaran hutan. Fenomena El Nino ini ditandai dengan kenaikan suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian Tengah dan Timur. Akibatnya, ada pergeseran potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudera Pasifik Tengah dan Timur.
Faktor penyebab kebakaran hutan yang diakibatkan oleh fenomena El Nino ini peningkatan kebakaran hutan adalah ketidakpastian variabilitas curah hujan yang dipengaruhi oleh El Nino mengakibatkan peningkatan hotspot titik api yang memicu meluasnya kebakaran hutan dan kabut asap. Menghadapi bencana kebakaran hutan, upaya pencegahan menjadi langkah paling utama dan menjadi upaya agar tidak sampai pada tahap pemadaman dan penanganan. Untuk menekan potensi terjadinya kebakaran hutan, cara-cara berikut ini dapat dilakukan:
- Analisis Titik Rawan Kebakaran, Kebakaran hutan umumnya dimulai dari titik api yang kemudian menyebar menjadi kebakaran besar.
- Patroli Secara Rutin, Patroli hutan yang rutin pada daerah rawan kebakaran sangat penting untuk menjaga keamanan hutan dan mencegah kebakaran serta penebangan liar.
- Membentuk satgas pencegahan kebakaran hutan, KLHK bersama dengan kepolisian dan kejaksaan Agung membentuk Satgas Penegakan Hukum Terpadu Karhutla.
- Peralatan Pemadam Kebakaran, Peralatan pemadam kebakaran dan alarm pemadam yang memadai harus selalu siap digunakan untuk memberikan peringatan dini serta mempercepat proses pemadaman dan evakuasi jika terjadi kebakaran hutan atau lahan.
- Deteksi dan Pemantauan Dini, Penting untuk memasang alat pemantauan deteksi dini yang berbasis IoT di lokasi-lokasi rawan kebarakan yang berfungsi untuk memantau dan mendeteksi tanda-tanda awal perubahan suhu atau panas ehingga kebakaran dapat terdeteksi dengan cepat.
Inovasi dalam upaya mitigasi Kebakaran Hutan saat ini sangat bergantung pada pemanfaatan berbagai sensor pintar berbasis IoT. Berkembangnya startup di dalam negeri membuka peluang besar dalam mengatasi tantangan kebakaran hutan yang melanda Indonesia. Di tengah semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya perlindungan lingkungan, solusi-solusi ini muncul sebagai inovasi yang bisa membantu mengatasi masalah kebakaran hutan yang terus mengintai.
Di tengah ancaman serius kebakaran hutan yang semakin meluas, diperlukan solusi canggih yang memadukan pemantauan dan mitigasi risiko kebakaran. Envirobox hadir sebagai salah satu produk Datacakta yang dapat membantu pencegahan kebakaran hutan. Envirobox mengembangkan sensor provinsense yang didukung oleh platform IoT Rapdisense dan didesain untuk mengukur beragam parameter lingkungan, termasuk suhu, kelembaban, tekanan udara, cahaya, kebisingan, gerakan, serta tingkat polusi (PM 1.0, PM 2.5, PM 10). Keunggulan Envirobox, yaitu dilengkapi dengan alarm dan sistem pendeteksian anomali guna membantu mengantisipasi ketidaknormalan di lingkungan sebelum situasi lebih serius berkembang.
Rapdisense sebagai platform IoT terdepan, telah dirancang khusus untuk menangani permasalahan kebakaran hutan dengan menggunakan teknologi IoT. Rapdisense mendukung beragam jenis sensor di bidang industri yang memiliki fleksibilitas sesuai dengan berbagai keperluan bisnis, serta skalabilitas cloud yang sangat dibutuhkan dalam konteks pemantauan bencana alam.
Datacakra adalah perusahaan penyedia layanan Industri 4.0 yang menyediakan berbagai solusi industri, termasuk di antaranya monitoring data center. Datacakra melayani berbagai klien korporasi di berbagai sektor, mulai dari pertambangan, manufaktur, hingga militer. Saat ini, tim Datacakra terdiri dari lebih dari 30 tenaga lokal, di mana 90% dari mereka adalah engineer. Kami tersebar di empat kantor di Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Bandung.
Datacakra
Penyedia Solusi Industri 4.0
datacakra.com
reza@datacakra.com
Sumber:
[1]https://www.mongabay.co.id/2023/09/20/kebakaran-hanguskan-lebih-dari-seperempat-hutan-dunia/
[2]https://www.voaindonesia.com/a/kebakaran-hutan-dan-lahan-dampak-el-nino-yang-berbiaya-mahal/7276702.html
[3]https://www.kompas.com/sains/read/2023/10/24/093100623/apakah-el-nino-memicu-kebakaran-lahan-di-indonesia-?page=all
[4]https://theconversation.com/kebakaran-hutan-dan-lahan-indonesia-terparah-sejak-pandemi-buntut-macetnya-sistem-pencegahan-215258